rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Rabu, 21 September 2011

Rasulullah dalam menghormati tetangganya

Kisah Rasulullah dengan Tetangga-Nya

Setiap kali Rasulullah SAW hendak pergi ke mesjid untuk melaksanakan Shalat subuh. Tetangganya selalu membuang kotoran di depan pintu rumah beliau. Namun Rasulullah tidak marah dengan perbuatan nista tersebut. Bahkan beliau bersabar untuk membersihkan kotoran tersebut yang kian hari semakin menumpuk saja. Suatu hari, Rasulullah pun melihat tidak ada satupun kotoran di depan pintu rumahnya. Hingga ia pun bertanya tentang hal yang tidak biasanya. Sampai suatu ketika ditemukannya bahwa tetangga tersebut sedang jatuh sakit, dan beliaupun menjenguknya serta memberikan makanan untuk tetangganya itu tanpa sedikitpun rasa dendam.

suatu kisah yang sangat inspiratif dalam menyoal kehidupan bertetangga. Mungkin sebagai manusia biasa tak jarang kita kesal dengan perlakuan seenaknya tetangga kita. Seringkali membuat kehidupan tak akur dengan tetangga. Namun disini Rasulullah mengajarkan betapa kita harus menghormati tetangga sebegitu tidak hormatnya tetangga kepada kita.

Sedikit kisah tentang mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri

Dari Abu Ishaw As-Ayabi’i meriwayatkan, kisah seorang pemuda yang baru saja masuk islam dengan semangat membara bernama Ikrimah.ketika terjadinya Perang Yarmuk, Ikrimah juga ikut serta berperang sebagai pasukan perang yang berjalan kaki, pada waktu itu Khalid bin Walid mengatakan: “Jangan kamu lakukan hal itu, karena bahaya yang akan menimpamu adalah lebih besar!” Ikrimah menjawab: “Karena kamu wahai Khalid telah terlebih dahulu ikut berperang bersama Rasalullah SAW, maka biarlah hal ini aku lakukan!”.Ikrimah tetap meneruskan niatnya itu, hingga akhirnya ia gugur di medan perang. Pada waktu Ikrimah gugur, ternyata di tubuhnya terdapat lebih kurang tujuh puluh luka bekas tikaman pedang, tombak dan anak panah. Abdullah bin Mas’ud pula berkata: Di antara orang-orang yang termasuk dalam barisan Perang Yarmuk adalah Haris bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amar. Di saat-saat kematian mereka, ada seorang sahabat yang memberinya air minum, akan tetapi mereka menolaknya. Setiap kali air itu akan diberikan kepada salah seorang dari mereka yang bertiga orang itu, maka masing-masing mereka berkata: “Berikan saja air itu kepada sahabat di sebelahku.” Demikianlah keadaan mereka seterusnya, sehingga akhirnya mereka bertiga menghembuskan nafas yang terakhir dalam keadaan belum sempat meminum air itu.

Dalam riwayat yang lain pula ditambahkan: “Sebenarnya Ikrimah bermaksud untuk meminum air tersebut, akan tetapi pada waktu ia akan meminumnya, ia melihat ke arah Suhail dan Suhail pun melihat ke arahnya pula, maka Ikrimah berkata: “Berikanlah saja air minum ini kepadanya, barangkali ia lebih memerlukannya daripadaku.” Suhail pula melihat kepada Haris, begitu juga Haris melihat kepadanya. Akhirnya Suhail berkata: “Berikanlah air minum ini kepada siapa saja, barangkali sahabat-sahabatku itu lebih memerlukannya daripadaku.” Begitulah keadaan mereka, sehingga air tersebut tidak seorangpun di antara mereka yang dapat meminumnya, sehingga mati syahid semuanya. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga.

Kisah Rasulullah SAW dengan Hasan Husen (cucu-Nya)

Suatu ketika Rasulullah SAW sedang sujud dalam sholat berjamaah. Namun ternyata dibuat kuda-kudaan oleh Hasan dan Husein sehingga sujudnya lama. Sahabat-sahabat heran mengapa sujudnya lama sehingga salah seorangnya mengangkat kepala mengira beliau sudah bangun dari sujud. Tapi ternyata yang terlihat dipunggung Rasulullah ada Hasan dan Husein sedang bermain. Rasulullah tetap tidak mengangkat kepalanya hingga kedua cucu nya itu turun dari lehernya. Setelah selesai baru dinasehati dengan dialog. “Mengapa kalian bermain kuda-kudaan di punggung nabi?“ mereka menjawab “Punggung Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya kuda-kudaan“ kemudian Rasulullah SAW menjawab “dan kalian adalah sebaik-baik pengendara kuda“, setelah memuji cucu-cucunya itu yang membuat mereka senang Rasulullah SAW melanjutkan dengan lembut “tapi coba lihat paman-pamanmu, kasihan mereka jadi sujudnya lama“, setelah itu Hasan dan Husein mengerti.

Kisah teladan yang mudah-mudahan menginspirasi banyak ayah di dunia ini ^^.
Kisah Orang Yang Memberi Minum Anjing Yang Kehausan Lalu Allah Mengampuninya

Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Pada setiap hati yang basah terhadap pahala.”

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda, “Seorang wanita pezina melihat seekor anjing yang berputar-putar di atas sumur pada hari yang panas. Anjing itu menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu menimba air
dari sumur dengan sepatunya, maka dia diampuni.”

Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, “Seorang wanita pezina diampuni. Dia melewati seekor anjing di bibir sumur yang sedang menjulurkan lidahnya. Nabi bersabda, ‘Ia hampir mati karena haus. Lalu wanita itumelepas sepatunya dan mengikat dengan kerudungnya dan menimba air dengannya untuk anjing itu. Dia diampuni karenanya.”

Rasulullah SAW dengan Aisyah

‘Aisyah radhiallahu anha menceritakan apa yang ia alami dengan suami dan kekasihnya yang mulia. Dalam sebuah safar (perjalanan), Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada para shahabatnya:

“Majulah kalian (jalan duluan)”. Maka mereka pun berjalan mendahului beliau. Lalu beliau berkata kepada ‘Aisyah (yang ketika itu masih belia dan langsing):

“Ayo, kita berlomba lari”. Kata Aisyah: “Akupun berlomba bersama beliau dan akhirnya dapat mendahului beliau”. Waktupun berlalu. Ketika Aisyah telah gemuk, Rasulullah kembali mengajaknya berlomba dalam satu safar yang beliau lakukan bersama ‘Aisyah.

Beliau bersabda kepada para shahabatnya: “Majulah kalian”. Maka mereka pun mendahului beliau. Lalu beliau berkata kepadaku: “Ayo, kita berlomba lari”. Kata ‘Aisyah: “Aku berusaha mendahului beliau namun beliau dapat mengalahkanku”.

Mendapatkan hal itu, beliau pun tertawa seraya berkata: “Ini sebagai balasan lomba yang lalu (kedudukannya seri, red).” (HR. Abu Dawud no. 2214. Asy-Syaikh Muqbil menshahihkan sanad hadits ini dalam takhrij beliau terhadap Tafsir Ibnu Katsir, 2/286).

kisah lainnya tentang Aisyah dan Rasulullah SAW. Pada suatu hari raya, orang-orang kulit hitam bermain perisai dari kulit dan sangkur. Kadang-kadang aku yang bertanya kepada Nabi dan kadang-kadang beliau yang bertanya, “Kamu ingin melihat mereka?” Aku menjawab, Ya. Nabi lalu menggendong aku, pipiku menempel pipinya, lalu beliau berkata, “pelan-pelan wahai Bani Arfidah (Gelar untuk bangsa Habsyah),” Ketika aku sudah mulai bosan, Nabi bertanya, sudah cukupkah?, aku menjawab. Ya, beliau berkata, “Kalau begitu pergilah” (HR Bukhari dan Muslim).

Kisah yang menarik untuk kita teladani dalam berkeluarga, Beliau Rasulullah SAW senantiasa memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menikmati hiburan dan menyenangkan keluarganya dengan segala macam kesukaan

Kisah memuliakan tamunya Rasulullah SAW

Ketika Allah melihat salah satu bentuk, dimana Allah Swt memperlihatkan kepada hamba – hambaNya bahwa Allah melihat semua perbuatan yang terkecil sekalipun. Maka disaat itu datanglah tamu kepada Sang Nabi saw dan Sang Nabi saw tidak bisa menjamunya karena tidak ada makanan.

Rasul tanya pada istrinya “punya makanan apa kita untuk menjamu tamu ini?”,
istri Nabi saw menjawab “tidak ada, yang ada cuma air”.

Maka Rasul berkata siapa yang mau menjamu tamuku ini? Satu orang anshar langsung mengacungkan tangan aku yang menjamu tamumu ya Rasulullah. Bawa ke rumahnya, sampai dirumah mengetuk pintu dengan keras hingga istrinya bangun.

Kenapa suamiku? kau tampak terburu – buru. “akrimiy dhaifa Rasulillah” kita dapat kemuliaan tamunya Rasulullah. Ayoo.. muliakan, keluarkan semua yang kita miliki daripada pangan dan makanan, semua keluarkan. Ini tamu Rasulullah bukan tamu kita, datang kepada Rasul, Rasul saw tidak bisa menyambutya.

Rasul tanya “siapa yang bisa menyambutnya?”, aku buru – buru tunjuk tangan, ini kemuliaan besar bagi kita.

Istrinya berkata “suamiku, makanannya hanya untuk 1orang. Tidak ada makanan lagi, itu pun untuk anak – anak kita. 2 orang anak – anak kita hanya akan makan makanan untuk 1 orang, kau ini bagaimana menyanggupi undangan tamu Rasul? kau tidak bertanya lebih dulu? apakah kita punya kambing, punya ayam, punya beras, punya roti, jangan main terima sembarangan!”

Maka suaminya sudah terlanjur menyanggupi “sudah kalau begitu anak kita tidurkan cepat – cepat, matikan lampu agar anaknya tidur”. “belum makan, suruh tidur jangan suruh makan malam, biar saja”.

Ditidurkan anaknya tanpa makan. Lalu tinggal makanan yang 1 piring untuk 1 orang, “ini bagaimana? tamunya tidak mau makan kalau hanya ditaruh 1 piring kalau shohibul bait (tuan rumah) tidak ikut makan karena cuma 1 piring makanannya”.

Suaminya berkata “nanti sebelum kau keluarkan piringnya, lampu ini kau betulkan lalu saat makan tiup agar mati pelitanya, jadi pura – pura lampu mati. Taruh piring, silahkan makan dan kita taruh piring kosong di depan kita, tamu makan kita tidak usah makan tapi seakan – akan makan dan tidak kelihatan lampunya gelap”.

Maka tamunya tidak tahu cerita lampunya mati, pelitanya rusak, tamunya makan dengan tenangnya, nyenyak dalam tidurnya, pagi – pagi shalat subuh kembali kepada Rasul saw “Alhamdulillah ya Rasulullah aku dijamu dengan makanan dan tidur dengan tenang”. Rasul berkata “Allah semalam sangat ridho kepada shohibul bait (tuan rumah) yang menjamumu itu” (shahih Bukhari). Allah tersenyum, bukan Allah itu seperti manusia bisa tersenyum tapi maksudnya Allah sangat sayang dan sangat gembira. Dengan perbuatan itu Allah sangat terharu, bukan terharu karena tamunya saja tapi juga karena shohibul bait berucap. “akrimiy dhaifa Rasulillah” muliakan tamu Rasulullah. Ini yang membuat Allah terharu, untuk tamunya Rasulullah rela anaknya tidak makan, tidur semalaman dalam keadaan lapar untuk memuliakan tamunya Rasulullah saw.

Momen Lebaran, Kesempatan Mempraktekan Akhlak Karimah

Momen Lebaran, Kesempatan Mempraktekan Akhlak Karimah