rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Kamis, 22 Juli 2010

Siasat Setan Menyesatkan Manusia

__M.Anis Matta__

Kalimat syahadat dimulai dengan kalimat negasi, pemisahan semua ilah, lalu disusul dengan pengakuan bahwa hanya Allah ilah satu-satunya. Mari kita membahas masalah ini dari perspektif musuh orang-orang beriman, yakni setan. Sengaja perspektif ini diambil sebagai awalan, karena kita yakin bahwa kita semua adalah hamba-hamba yang baik. Dan hamba-hamba yang baik selalu mengedepankan pemikirian yang baik, dan sesekali, kita harus mengetahui cara pandang setan untuk tetap menjaga kebaikan tersebut.

Tapi ternyata dalam kehidupan, logika kadang-kadang tidak berjalan lurus. Selalu saja ada orang-orang yang kita pikir mereka adalah orang-orang yang baik, tapi ternyata berpikiran dan berperilaku seperti setan.

Adalah suatu kaidah dalam Islam, karena Allah menciptakan surga dan neraka, berarti Allah memang telah menyiapkan para penghuninya. Dan itu artinya, kita tidak akan masuk surga semuanya. Pernah ada seseorang yang bertanya, “Kalau begitu Allah tidak menginginkan semua orang menjadi baik? Dan kalau begitu Allah tidak menginginkan semua orang masuk surga?”

Kenyataannya, memang iya. Karena, jika Allah mau, maka Allah akan memberikan petunjuk pada semua manusia. Allah akan mencabut syahwat dalam diri kita dan Allah akan mematikan setan di luar diri kita. Perkara selesai sudah. Tapi skenario kehidupan yang kita lalui tidaklah demikian. Di ujung kehidupan, ada surga dan neraka yang siap menanti dan menyambut kita di kemudian hari. Sedangkan di awal perjalanan, ada setan dan syahwat yang selalu menggoda. Dan di samping kanan kiri kita, ada malaikat yang bertugas mencatat seluruh perbuatan dan desir hati. Agar para malaikat ini netral, maka para malaikat tidak dilengkapi dengan syahwat. Maka, dengan demikian dimulailah panggung kehidupan manusia. Manusia melawan syahwat dan setan dalam waktu yang bersamaan.

Allah memang menurunkan pembantu-pembantu untuk menolong manusia. Tapi pertolonganNya tidak menyeluruh. Allah mengutus Rasaul dan nabi-nabi sebagai pembantu Allah untuk menolong umat manusia memenangkan pertarungannya melawan syahwat dan setan dalam kehidupannya. Allah menurunkan kitab suci sebagai panduan dan pegangan. Tapi tetap, Allah tidak mematikan setan. Allah memberi kita akal. Tapi tetap, setan tidak dimatikan.

Allah hanya memberikan kita, manusia ini, dengan perlengkapan tempur dan peralatan perang. Bagaimana cara dan strategi kita bertempur dan berperang, seluruhnya dikembalikan pada manusia itu sendiri. Musuhnya dijelaskan, hasil dari pertarungan juga telah digambarkan. Yang kalah masuk neraka, dan yang menang dijamiin surga.

Dan inilah kaidahnya, surga itu tidak diberikan secara cuma-cuma pada manusia. Ada harga yang harus kita bayar. Karena itu Allah menyatakan, “Apakah kalian menduga kalian akan masuk surga dengan ringan. Padahal Allah belum tahu siapa di antara kalian yang berjihad, dan di antara kalian yang bersabar di antara mereka yang berjihad.”

Jika kaidah ini sudah dipahami dan kita yakini, maka level selanjutnya adalah, bagaimana kita menyiapkan diri kita untuk melakukan pertempuran.

Ada kondisi lain yang semakin membuat pertempuran ini semakin seru. Keimanan diciptakan oleh Allah di dalam hati. Dan sifat hati, selalu berubah-ubah, tidak pernah permanen. Betapapun tinggi iman seseorang, maka imannya tidak pernah selalu bersifat permanen. Bisa jadi seseorang merencanakan korupsi saat ia sedang berthawaf keliling Ka’bah. Dan bisa jadi seseorang merencanakan pertobatannya saat ia sedang dalam pelukan seorang perempuan. Bahwa ini adalah perzinaan yang terakhir yang akan ia lakukan. Jadi, selamanya tidak ada jaminan kondisi hati dalam posisi permanen.

Aturan dalam agama tidak menghilangkan kekuatan-kekuatan jahat dalam hati manusia. Tapi, aturan dalam agama meminimalisirnya dan pada saat yang bersamaan memperbesar semangat berbuat baik dalam diri kita menjadi pemenang. Karena itu, dosa adalah sebuah keniscayaan. Dan karena dosa adalah suatu keniscayaan, Allah menyiapkan bagi manusia jalan untuk kembali yang bernama tobat.

Kalau kita memahami rintangan ini dengan baik, maka yang harus kita cari tahu selanjutnya adalah cara melewati rintangan-rintangan .

Allah menciptakan receiver di dalam diri kita untuk menerima godaan setan, bernama syahwat. Perangkat ini telah disiapkan sejak kita lahir ke dunia. Dan di luar diri kita, ada setan yang selalu siap mengirimkan sinyal-sinyal negatifnya. Inilah inti persoalan utama. Yang perlu kita tahu adalah, bagaimana cara kerja setan mengelola syahwat yang ada di dalam diri kita. Ada tujuh cara setan dalam mempengaruhi manusia. Dan setelah mengetahui tujuh cara ini, cari tahu, kita berada di kelas berapa?

Cara pertama, setan selalu mengajak manusia untuk menjadi syirik atau kufur. Di dunia ini jumlah penduduk bumi hampir enam miliar, jumlah muslim sekitar 1,3 miliar jiwa. Artinya, sisanya ada 4,7 miliar manusia yang nukan muslim. Ini juga menjelaskan, bahwa penduduk neraka itu memang lebih banyak dari penduduk surga. Dari jumlah muslim yang ada, masih ada yang terus tertarik untuk menjadi penduduk neraka.

Kalau kita lolos dari jebakan yang pertama, setan telah menyiapkan jebakan yang kedua untuk orang-orang muslim. Nama cara kedua ini adalah, bid’ah. Rasulullah telah mengatakan, seluruh kegiatan bid’ah adalah sesat, dan kesesatan akan masuk neraka. Apa maksudnya bid’ah? Bid’ah adalah melaksanakan ibadah dalam agama tanpa pengetahuan. Inilah inti bid’ah, beragama tanpa ilmu pengetahuan. Mereka menambah apa yang tak perlu ditambah dan mengurangi apa yang seharusnya tidak boleh berkurang. Itulah yang terjadi dalam bid’ah. Inilah kejahatan terbesar setelah syirik. Bid’ah adalah dosa yang lebih besar dari dosa-dosa lainnya.

Karena bid’ah, semua amalan yang kita lakukan menjadi batal. Dan bid’ah ini berpotensi merusak agama itu sendiri. Karenanya, pelaku bid’ah itu tidak saja akan merusak dirinya, tapi juga akan merusak orang lain. Coba hitung, berapa banyak aliran-aliran sesat dalam tubuh umat Islam? Semuanya berakar pada kegiatan bid’ah. Maka, angka 1,3 miliar jumlah muslim berkurang lagi setelah dihantam gelombang bid’ah. Jangan-jangan, jumlahnya sudah habis.

Berapa banyak bid’ah yang terjadi saat kita menghadapi kelahiran? Berapa banyak bid’ah yang terjadi saat kita menangani kematian? Dan berapa banyak bid’ah lagi yang kita lakukan saat di antaranya, dalam kehidupan?

Kalau kita mendapatkan iman, kita akan lolos dari jebakan setan yang pertama. Lalu kita berilmu, maka kita juga akan lolos dari jebakan setan yang kedua. Tapi setan sudah menyiapkan jebakan yang ketiga. Dan itu bernama dosa-dosa besar.

Ibnul Qayyim mengatakan tentang asal-usul dosa-dosa besar. Yang pertama disebut dengan Dosa Binatang Ternak. Mari kita perhatikan perilaku binatang ternak seperti ayam, kambing, juga sapi dan kuda. Apa dosa mereka, apa kerja mereka setiap hari? Setiap hari kerja mereka dari makan ke pelampiasan syahwat. Makan, kawin. Dan begitu seterusnya. Ibnul Qayyim mengatakan, sebagian besar manusia terjebak dalam dosa yang satu ini. Makanan dan seksual.

Asal-usul dosa besar yang kedua adalah, Dosa Binatang Buas. Apa yang dilakukan para binatang buas di dalam hutan? Mereka membunuh, mengintimidasi, merampas, dan melakukan kekerasan. Dosa seperti ini tidak banyak pelakunya, karena para pelaku dosa ini harus dilengkapi perangkat khusus yang tidak dimiliki semua orang, yakni kekuasaan dan kekuatan, kemauan, dan keberanian.

Urutan yang ketiga adalah, Dosa Setan. Menipu, memperdaya, memanipulasi. Pekerjaannya membuat makar. Dan dosa yang satu ini pelakunya membutuhkan kecerdasan di atas rata-rata. Yang biasa melakukan dosa ini adalah para politisi, intelijen, pedagang, para perekayasa kejadian dan yang sejenisnya.

Urutan keempat adalah asal-usul dosa yang paling tinggi. Namanya adalah Dosa Kekuasaan. Para pelakunya suka memperhamba manusia lain dan senang dituhankan.

Tapi Ibnu Qayyim mengatakan, jika seseorang sukses melakukan dosa yang pertama, biasanya dia akan terdorong untuk melakukan dosa yang kedua. Misalnya, ketika dia meminum khamar, ia mabuk, lalu berzina. Lalu mengamuk, lalu membunuh. Setelah membunuh dia dipenjara. Dan di penjara muncul perasaan sombongnya. Semakin di penjara sebagai pembunuh semakin terhormat statusnya. Dan begitu ia keluar dari penjara, ia makin canggih perbendaharaan cara membunuh. Lalu setelah ia banyak membunuh, ia akan dianggap memiliki kekuasaan. Ia mulai mengumpulkan pasukan, dan lama-lama ia menjadi Godfather. Dan setelah ia menjadi Godfather ia akan bekerja dengan lebih banyak menggunakan akal. Makin tua, ia makin cerdas. Dan semakin lama, ia memiliki kekuasaan yang besar dan menjadi raja. Dia bisa membeli gubernur, dia bisa membeli menteri, dia bisa membeli presiden. Dan seperti Fir’aun yang berkata, “Akulah Tuhan yang tertinggi.” Begitulah tabiat dosa. Ia selalu berusaha mengajak kita mengunjungi saudara-saudaranya yang lain.

Inilah dosa-dosa besar. Membunuh adalah dosa besar. Mencuri adalah dosa besar. Tapi di dalam Al-Qur’an perincian paling detail tentang dosa besar ada pada dosa perzinaan. Kenapa? Karena perzinaan adalah dosa basic. Pembunuhan pertama yang terjadi dalam sejarah manusia adalah karena perempuan. Pembunuhan atas nama cinta yang terjadi pada Qabil dan Habil.

Rasulullah suatu kali bersabda, tidak ada fitnah yang beliau khawatirkan sepeninggal beliau seperti fitnah tentang perempuan. Ada sebuah buku tentang selingkuh yang bukan ditulis oleh seorang psikolog, tapi justru ditulis oleh seorang detektif swasta. Dari ribuan kasus yang ia tangani, sang detektif mengatakan, terlalu banyak mitos yang harus dipatahkan tentang selingkuh.

Salah satu mitosnya adalah, kalau suami selingkuh, berarti ada sesuatu yang salah yang sedang terjadi di rumah. Misalnya istrinya kurang cantik dan lain sebagainya. Ini menurutnya adalah mitos. Sebagian besar kasus selingkuh yang ia tangani dilaporkan oleh para istri yang berpenampilan cantik dan menawan. Mereka melaporkan perselingkuhan suaminya, dan setelah diteliti teman selingkuh sang suami ternyata lebih jelek dibanding dengan istri mereka. Dan ternyata setelah diteliti, alasannya sangat sederhana. Sensasi perbedaan!

Salah satu pekerjaan setan yang utama adalah, membuat dosa tampak sangat logis di depan para pelakunya. Tampak indah dan sangat manusiawi. Setiap kali seseorang melakukan dosa, selalu ada pembenaran yang mendahuluinya. Inilah pekerjaan setan terhadap kita. Karena itu, ketika seseorang kedapatan selingkuh, ia pasti membela diri dan cenderung melemparkan kesalahan pada pasangannya.

Tidak ada dosa yang harus dihalangi sejak awal, seperti dosa perzinaan. Jangan dekati perzinaan. Semua proses yang mengantarkan kita untuk mendekati pada dosa ini, harus selalu dihalangi. Perempuan diperintahkan untuk memakai jilbab. Laki-laki diminta untuk menundukkan pandangan dan menjaga syahwat. Adat bertamu diatur. Anak-anak berumur lebih dari 10 tahun, sudah harus mulai dipisah saat tidur dari orang tua. Islam sangat berbeda menangani dosa perzinaan, sangat berbeda dengan misalnya dosa pembunuhan.

Ada orang yang imannya cukup kuat untuk bertahan di depan dosa-dosa besar. Dia tidak membunuh, bukan karena dia tidak punya kekuasaan tapi karena faktor iman. Dia tidak berzina bukan karena dia tidak memiliki kesempatan, tapi karena faktor iman. Dan lain sebagainya. Untuk orang-orang yang seperti ini, mereka lolos karena memiliki ketakwaan yang tinggi kepada Allah SWT. Tapi setan juga telah menyiapkan jebakan dan tidak pernah putus asa.

Sudah ada jebakan keempat yang telah disiapkan, namanya ‘Dosa-dosa Kecil’. Setan memperbanyak dosa-dosa kecil. Dia memang tidak berzina, tapi melihat sedikit boleh lah. Dia tidak mencuri, tapi mencicipi sedikit tak masalah. Dia tidak menipu, tapi tidak jujur tak jadi soal. Sepanjang hari, kita memang banyak melakukan kebaikan, tapi di saat yang sama kita juga secara terus-menerus melakukan dosa-dosa kecil.

Sebenarnya, Allah sudah menyiapkan mekanisme pembersihan dosa-dosa kecil. Seperti wudhu di antara waktu shalat. Berjalan ke masjid, setiap langkahnya menggugurkan dosa. Dan lain sebagainya. Tapi persoalannya adalah, ide besar memperbanyak dosa-doa kecil ini adalah membunuh imunitas kita terhadap perasaan berdosa. Kalau dia tidak melakukan dosa besar, dosa kecil yang ditumpuk terus-menerus akan menjadi gunung dosa yang besar.

Dan dosa kecil, bisa juga menjelma menjadi dosa besar. Dosa kecil bisa menjadi besar jika dilakukan secara terang-terangan. Ketika kita melakukan dosa ini, kita tidak saja melakukan dosa kecil, tepi kita juga sudah hilang rasa malu. Dia merasa aman membeberkan dosanya. Ini akan menyulap dosa kecil menjadi dosa besar. Dia merasa aman dengan dosa kecil yang terjadi di pagi hari. Jangan ceritakan dosa di malam hari yang kita lakukan, pada pagi hari. Aib yang ditutup Allah, jangan dibuka sendiri. Penumpukan dosa kecil, itulah yang diinginkan oleh setan.

Meski begitu, ada sekelompok manusia yang memiliki sikap wara yang sangat tinggi. Sensitivitasnya atas dosa sangat tinggi, betapapun kecil jenis dosanya. Dan untuk seperti ini, setan telah menyiapkan tahapan selanjutnya. Memperbanyak perbuatan mubah. Misalnya, setan memperbanyak perasaan dan nafsu makan. Kekenyangan, tidur dan tidak terbangun untuk shalat malam. Shubuh telat.

Setan memperbanyak perbuatan mubah, yang dampaknya mengganggu ibadah baik yang sunnah maupun yang wajibnya. Tidur yang banyak. Seharusnya, seorang muslim menggunakan rasio waktu adalah 1 unit waktu sama dengan 1 unit amal. Kalau kita melakukan yang mubah, berarti ada 1 unit waktu yang tidak ada pahalanya. Misalnya kita tidur dalam waktu delapan jam, maka delapan jam itu tidak ada pahala yang kita catat dan kita perbuat. Sisa waktu dalam sehari tinggal 16 jam, empat jam untuk dosa kecil, empat jam untuk dosa besar. Dan habislah hidup kita.

Inilah konsep setan memanipulasi hidup manusia. Mubah, memang kita tidak melakukan dosa. Tapi juga tidak mencetak pahala. Tapi lama-lama, jika dibiarkan ini akan mengganggu yang lain. Karena itu dalam kehidupan para sahabat kita menemukan cerita-cerita yang luar biasa. Mereka tidur sedikit, mereka makan sedikit, mereka menggunakan semua waktu untuk melakukan ibadah dan mencetak pahala. Di mana letak posisi kita?

Kita harus merancang kehidupan kita berputar di antara wajib dan sunnah. Bahkan kita harus mengubah sesuatu yang bermuatan mubah menjadi pahala. Misalnya tidur, kita niatkan sebagai salah satu ibadah. Baca Al-Qur’an, lalu ketiduran. Zikir, lalu ketiduran. Muhasabah, lalu ketiduran. Jangan tidur dalam keadaan berdosa.

Tapi ketika ada orang yang mampu mengubah yang mubah menjadi berpahala, setan tidak menyerah. Untuk orang-orang seperti ini, setan telah menyiapkan jebakan pengurangan, jebakan yang kelima. Dalam Islam, dalam setiap satuan waktu ada waktu-waktu tertentu yang menjadi puncak nilai pahala. Misalnya antara adzan dan iqamat, itu adalah prime time untuk melakukan ibadah, karena nilainya tinggi. Kalau kita berbincang dan ngobrol pada saat itu, kita telah menyia-nyiakan waktu. Setan membujuk kita untuk mengurangi pahala. Ketika seharusnya kita mendapat pahala 10, karena ngobrol kita hanya dapat pahala 5. Setan begitu gigih untuk terus menerus berada di sekitar manusia, apapun jenisnya. Jangan sampai angkanya sempurna. Tidak ada yang lepas dari jangkauan setan. Dibuat untuk berdosa, sudah tidak bisa. Didorong untuk melakukan perbuatan mubah, pun susah. Maka dibuat kurang pahalanya.

Misalnya, perbuatan apa yang paling dianjurkan antara isya dan shubuh. Yang paling baik adalah, tidur cepat, lalu bangun cepat untuk qiyamul lail. Tapi setan memberikan kita banyak pekerjaan. Ide-ide didatangkan. Pikiran dilancarkan, seolah-olah ilham. Membuat kita tidur larut malam, lalu lupa shalat malam. Tidak ada stu kebaikan yang tidak disertai campur tangan setan.

Tapi ada juga orang yang sampai pada kelas kesempurnaan. Inilah jebakan yang sudah disiapkan setan pada urutan keenam. Setan terus merekayasa pada kelas ini. Biasanya yang sampai pada kelas ini adalah para nabi.

Dan jika sudah pada kelas ini, pada tahap selanjutnya setan akan menyerang langsung secara fisik. Setan menggerakkan tentaranya menciptakan perasaan benci pada sosok yang satu ini.

Coba perhatikan, makin beriman seseorang, maka makin ia dibenci oleh manusia lainnya. Bukan karena ia jelek, justru karena ia baik. Makin kita anti korupsi makin kita dibenci oleh orang lain. Dan bukan para koruptor saja yang membenci, tapi pedagang juga tidak suka pada kita. Karena kita tidak bisa diajak cincai dalam setiap deal-deal yang dijalankan. Setan memobilisasi kebencian dalam tahap ini. Pertempuran dengan setan, ada di semua lini peperangan.

Sekarang pertanyaannya adalah, ada di kelas berapa kita menghadapi setan? Ada yang grafiknya terus meningkat. Tapi ada yang naik turun. Tapi yang penting adalah, menentukan finishnya. Semoga kita mampu mengakhiri cerita hidup kita dengan garis grafik yang paling tinggi di garis finish.

Ada beberapa hal yang membuat kita stabil dalam berbagai kondisi adalah ilmu. Karenanya, penambahan ilmu harus terus-menerus kita lakukan dalam hidup ini. Termasuk di antaranya pengetahuan tentang diri kita dan pengetahuan tentang setan. Kedua, faktor lingkungan juga mempengaruhi stabilitas kita. Biasakanlah berada di dalam lingkungan orang-orang yang lebih saleh di antara kita. Selanjutnya, lakukan terus-menerus usaha untuk mengontrol gerakan hati dan motif. Niat kita selalu berubah-ubah, karena itu harus dikontrol. Jangan mudah terpengaruh dengan komentar orang lain tentang kita. Setelah itu, kita harus terus-menerus melakukan zikrul maut, mengingat kematian. Tidak ada yang paling kuat menahan kita berbuat kejahatan, kecuali ingatan kita pada kematian.

Tergoda adalah sifat manusiawi yang selalu dihadapi manusia. Tapi kita menghadapi ketergodaan yang harus menjadi perhatian kita. Bagaimana sikap kita mengahdapi ketergodaan yang datang. Waktu kita tergoda, yang harus kita tahu adalah apa respon kita atas godaan. Ketahuilah pusat kelemahan kita ada di mana. Temukan pusat kelemahan kita, dan setelah menemukan pusat kelemahan itu, maka kontrollah kondisinya.

Yang lemah pada godaan perempuan, jangan pernah jalan sendiri. Selalu dalam jamaah dan kelompok, karena itulah salah satu cara kontrolnya. Gunakan orang lain untuk mengontrol diri kita. Begitu seterusnya sikap kita, pada harta, pada tahta, atau pada kategori godaan yang lainnya.

Insya Allah dengan beberapa hal tersebut kita akan mampu berada pada posisi stabil dalam kebaikan.

wallaahua'lam bishshawwab. .