rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Selasa, 06 Juli 2010

Prediksi Belanda vs Uruguay

Belanda vs Uruguay, Uruguay akan bertemu dengan Belanda pada pertandingan Semi Final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Uruguay maju ke semifinal setelah menundukkan Ghana dalam drama adu penalti. Sedangkan Belanda menyingkirkan favorit juara Brasil.

Laga Uruguay melawan Belanda akan berlangsung di Green Point Stadium, Cape Town, pada 6 Juli sekitar pukul 01.30 dinihari WIB. Uruguay kini menempati peringkat 16 dunia. Sedangkan tim Oranye jauh di atasnya, peringkat 4 dunia.

Dalam laga nanti, Uruguay diperkirakan menerapkan sistem 4-3-3. Sedangkan Belanda 4-5-1. Belanda terbilang komplit dari formasi kekuatan. Di depan, tim Oranye yang diarsiteki Bert van Marwijk memiliki Robin van Persie, Eljero Elia, Arjen Robben, dan Wesley Sneijder, gelandang yang juga acapkali membantu serangan.

Belanda juga memiliki pemain bertahan kuat, Gregory van der Wiel dan pemain tengah Nigel de Jong. Namun keduanya akan absen karena dihukum. Khalid Boulahrouz dan Demy de Zeeuw kemungkinan akan turun lapangan.

Sementara itu, Uruguay dipastikan tidak akan diperkuat pemain tengah kreatif Nicolas Lodeiro, yang mengalami cedera patah tulang kaki, serta pemain yang lagi dihukum Luis Suarez dan pemain bertahan Jorge Fucile.

Tim Amerika Selatan itu akan diperkuat pemain bertahan Diego Godin setelah pemain itu sembuh dari nyeri paha. Sedangkan kapten Diego Lugano dikhawatirkan tidak dapat tampil karena cedera kaki. Di depan praktisUruguay mengandalkan pemain veteran, Diego Forlan.

Sampai saat ini, Belanda masih unggul atas Uruguay dalam beberapa pertemuan. Terakhir di Hanover, Belanda unggul 2-0.

Statistik Belanda di Piala Dunia 2010

* Belanda VS Denmark (2-0) di Ellis Park Stadium Senin, 14 Juni 2010
* Belanda VS Jepang (1-0) di Durban Stadium Sabtu, 19 Juni 2010
* Kamerun VS Belanda (1-2) di Green Point Stadium Jumat, 25 Juni 2010
* Belanda vs Slovakia (2-1) di Stadion Moses Mabhida, Durban, Senin (28/6/2010)
* Belanda vs Brasil (2-1) di Nelson Mandela Bay, Jumat (2/7/2010)

Statistik Uruguay di Piala Dunia 2010

* Uruguay vs Prancis: (0-0) di Green Point Stadium Sabtu, 12 Juni 2010
* Afrika Selatan vs Uruguay: (0-3) di Loftus Versfeld Stadium Kamis, 17 Juni 2010
* Meksiko vs Uruguay: (0-1) di Royal Bafokeng Stadium Selasa, 22 Juni 2010
* Uruguay vs Korea Selatan: (2-1) di stadion Port Elizabeth Sabtu, 26 Juni 2010
* Uruguay vs Ghana (1-1/4-2 ) digelar di stadion Port Elizabeth Sabtu, 3 Juli 2010.

Hot Goalmaker (Pencetak Gol Piala Dunia)
Nama Tim Nasional Jumlah Gol
Wesley Sneijder Belanda 3
Robin van Persie Belanda 1
Arjen Robben Belanda 1
Dirk Kuyt Belanda 1
Klaas-Jan Huntelaar Belanda 1
Luis Suarez Uruguay 3
Diego Forlan Uruguay 3
Alvaro Pereira Uruguay 1

Prestasi Piala Dunia Sebelumnya
Team Pemenang Runners-up Ke-3 Ke-4
Belanda - 1974, 1978 - 1998
Uruguay 1930, 1950 - - 1954, 1970

Bursa Taruhan Belanda vs Uruguay

Piala Dunia 2010 telah berada pada babak 4 besar alias semifinal yakni antara Belanda dan Uruguay. Inilah posisi bursa taruhan antara Belanda versus Uruguay saat ini:
Team WilliamHill BWin BetUS
Belanda 8,00 8,00 7-1
Uruguay 17,00 19,00 14-1

sumber: dari mane2...

Kejadian Tak Terduga

Siang itu disaat aku sedang sendirian di kamar, lelah setelah setengah hariaan kuliah, ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.
Tok…tok..tok… (penting buat ditulis nggak sih…??? Hehehe.. )
“Siapa???” Tanyaku
“Ini Zee, mba…” jawabnya
“Oh Zee… masuk Zee…”
Pintu pun ia buka. “Mba lagi sibuk?” tanyanya
“Ah, nggak… biasa aja… Masuk Zee… Ada apa?”
Dia lah Zee, salah satu adik lorongku yang baru sekitar satu bulanan ini aku kenal. Dia anaknya cantik, manis, kecil, tidak memakain kerudung, cara jalannya anggun, tapi lumayan pelan (kayak putri solo gitu deh.. hehe..). Aku lumayan dekat dengannya, karena dulu waktu awal pertama dia masuk, dia sudah mengambil perhatianku dengan aktif saat kumpul- kumpul bareng di lorong.
“Mba, aku boleh curhat nggak??” pintanya
“Oh ya, tentu saja boleh, ada apa Zee..??”
“Hm.. tapi mba jangan marah atau kaget yah…”
“Oke deh… ”
Setelah sebelumnya berbasa-basi terlebih dahulu, menanyakan kabar tentangnya dan menawarinya beberapa makanan kecil untuk cemilan. Kemudian ia melanjutkan..
“Mba, kenapa sih kita nggak boleh pake baju tank top atau celana pendek di lorong, ataupun di kamar. Padahalkan sah-sah aja mba..”
“Ho… itu yang mw Zee curhatin… Emangnya kenapa Zee??? Zee merasa terganggu dengan adanya peraturan seperti itu??” Aku mulai menganalisis pemikiran adikku yang satu ini dengan memancingnya terlebih dahulu. Diharapkan dengan begitu aku bisa tau, penjelasan apa yang akan aku beri untuk selanjutnya.
“Ya… nggak oke ajah mba, masa’ kayak gitu-gitu ajah dilarang. Bla… Bla… Bla… Bla… “
“Oke, begini ya Zee…”
Aku pun mulai menerangkan dengan bahasa yang sejelas dan seringan mungkin yang aku harap dapat ia cerna. Mengenai kita yang sebaiknya tidak melihat aurat teman kita, ataupu sebaliknya memperlihatkan aurat kita kepada orang lain. Karena kita harus memiliki malu, dan bla… bla… bla…
“Dan yang paling ditekankan juga ya Zee, kan takutnya ada yang suka gitu liat-liat aurat sesamanya, trus nanti menimbulkan perasaan yang gimana gitu. Alias suka lawan jenis alias Lesbi untuk wanita, dan homo untuk laki-laki”
“Ho… gitu ya mba… Eh mba, emang katanya ada anak TPB tahun kemaren ada yang ketauan lesbi dai asrama ya mba?”
“Hm… Zee kata siapa??”
“Yah… denger-denger aja sih mba. Kan di asrama berita sekecil apapun cepat meneyebar.”
“Wah… gitu yah… Mba sendiri kurang begitu tau tuh Zee.” Aku pura-pura nggak tahu untuk menghindari pergunjingan.
Dan setelah penjelasanku yang panjang kali lebar sama dengan luas. Dan pertanyaannya yang panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume (lho…???), aku pun bertanya lebih serius
“Emang kenap sih Zee…???”
“Em… Hm… Iya mba, soalnya aku salah satu diantaranya.”
“Maksudnya??? Mba nggak ngerti.”
“Iya mba, aku LESBI.”
JEJRENG….!!! JDER… JDER… JDER… (Ceritanya backsound orang kaget gituh )
Bagaikan tersambar petir di siang hari bolong (emang ada yah hari yang bolong…??? Lebay mode*on) or bagai ditodongkan pistol sama perampok yang kita siap mati ditembak oleh si penjahat itu kapan ajah (Ngebayangin suasana koboi yang sering ada nembak-nembak gitu… Halah….!!! Lebih lebay mode*on )
“Ho… gitu ya Zee…”
Dalam hati mah udah takut, ngeri, kacau balau, klenger, keder, dag dig dug, semrawut, dll dah… (Takutnya, jangan-jangan dia suka sama aku lagi… Hahahaha… GR bgt!!! ) Tapi, walau dalam hatiku gitu, diluar tetep stay cool (tampang muka innocent gitu dah…)
“Iya mba… trus pendapat mba gimana…” tanyanya
Sumpah!!! Ini adalah permasalah paling berat pertama yang aku rasain selama karierku menjadi seorang SR (lebay lagi ). Hm… klo cuma nanya ece2 doang mah, gampang aku cari solusinya, tapi permasalahan ini, aku bener-bener baru pertama mengalaminya dan hebatnya, aku mendengarnya langsung dari si korban, eh salah, si pelaku! Dan, aku bingung harus menyampaikan apa. Tapi bukan SR namanya klo tidak memberikan solusi.
“Hm… Ko bisa…???”
Dan akupun mulai menginterogasinya, mulai dari kenapa dia seperti itu, sejak kapan dia melakukan sepert itu, dan dengan siapa dia melakukannya, dan lain lain, dan sebagainya… (boros bgt tuh kata-kata!)
“Aku seperti ini sudah sejak SMA, saat itu aku sendiri nggak tau, perasaan ini tiba-tiba ada. Aku menyukai sahabatku sendiri. Saat dia sedih, senang, terluka, dia selalu curhat denganku, dan akupun merasakan apa yang dia rasakan. Yah… dulu aku pikir itu wajar, namanya juga sahabat. Tapi lama kelamaan, rasa ingin memilikinya berlebihan. Aku nggak mau kehilangan dia, aku akan melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia.”
“Aku begini karena aku benci dengan semua lelaki. Ini gara-gara perlakuan kasar ayahku yang suka mukulin ibu, dan juga aku. Aku benci dia!!!
Penjelasan itu mengalir begitu saja dari mulutnya. Akupun mendengarkannya dengan seksama.
“Ho… jadi waktu malem-malem mb liat Zee nangis di tangga sambil nelpon, trus Zee bilang itu telpon dari pacarnya Zee, itu juga…” tanyaku
“Ya, dia juga cewek. Dia kuliah di Medan”
Wow… betapa menakjubkannya orang-orang ini. Bayangkan, adik lorongku , Zee yang aku anggap lemah (karena dia lebih mirip putrid solo dalam berbagai hal), nggak gaul, dan nggak neko-neko ini adalah orang Jawa asli, dan dia berpacaran dengan sesama lesbi yang tinggalnya di Medan. Tanpa pernah ketemu sama sekali, hanya lewat telpon dan sms. Mereka berkenalan di dunia maya.
“Iya mba, kita punya perkumpulan sendiri di internet. Jadi, dengan kita memasukkan beberapa keywords, kita langsung bisa berhubungan dengan sesama lesbi dimanapun kita berada.” jelasnya
Hohoho… aku seperti mendengarkan kuliah dosen. Yah… Sambil menyelam minum air-lah (awas… ntar kembung ) Maksudnya, sambil mendengarkan dia curhat, ternyata ada tambahan ilmu baru tentang dunia abu-abu itu (Dunia abu-abu… hm…??? Mikir mode*on)
“Hm… btw, by the way, bus way… di lorong ini, ada yang kamu sukai nggak…??? (Jangan-jangan dia suka sama aku… )
“Ada mba.”
JEJRENG…. (backsound-nya oke kan…??? )
Tuh kan, aku mulai dag dig dug… Beneran nih, jangan-jangan dia suka sama aku. (Hahahaha… ngarep bgt!!! Tapi takut juga sih klo disukain sama lesbi.)
Tapi aku memilih untuk tidak mengetahuinya lebih jauh, siapa yg disukainya di lorongku. Dalam hatiku aku hanya bertekad untuk mewanti-wanti adik-adik lorongku yang lain agar selalu waspadalah… waspadalah… waspadalah… (Lho, ko jadi Bang Napi…???)
“Zee mau sembuh…???” dialogku dengannya terus berlanjut
“Nggak mba…”
GUBRAK…!!! Bukan jawaban yang aku harapkan!
“Kenapa?” Selidikku lebih jauh
“Aku enjoy ko mba begini.”
“Hm… Zee udah pernah denger kisahnya Nabi Luth belum???”
“Udah mba…”
“Terus, Zee nggak takut akan adzab Allah…???”
“Hm… gimana ya mba, takut juga sih. Tapi…”
Dia menjelaskan alasan-alasannya padaku, dan akupun mulai menyerangnya dengan dalil-dalil Al-Quran yang aku tahu, aku berbagi cerita detail tentang kisah Nabi Luth, dan lain-lain, dan sebagainya..
“Nah, gimana Zee…”
“Hm… liat nanti deh mba…”
Setelh itu, kami membicarakan hal lain. Perasaannya di kamar, perasaannya kuliah di IPB, dan tentu saja perasaannya tinggal di asrama.
“Aku paling nggak suka sama si “X” mba…”
“Kenapa…???”
“Soalnya dia sering ngejemur celana dalam dan BH tepat di tempat tidurku yang letaknya di bawah”
JEJRENG… (lagi…???) OMG…!!!
“Dia nggak tau apah, kayak gitu kan bikin aku terangsang.”
Haduh…haduh…haduh… Aku bingung sendiri.
“Oke deh, ntar mba main ke kamar, n nyuruh si “X” biar nggak ngejemurnya lagi di kamar. Oke…??”
Selanjutnya obrolan kami aku sensor dalam tuisan ini, karena ini menyangkut pribadi perempuan… 
“Mba, makasih yah udah dengerin aku. Aku harap mba nggak akan benci sama aku karena aku kayak gini.” ujarnya
“Insya Allah nggak” jawabku sambil memberikan senyumku yang temanis untuknya… 
Tapia pa yang terjadi setelah ia keluar dari kamarku…??? Aku uring-uringan sendiri, aku mondar-mandir kesana kemari. Pusing, bingung, dan nggak tau harus gimana kedepannya, karena jujur, masalah ini baru aku rasain sendiri, dan pasti nggak ada SR lain yang mengalaminya seperti aku mengalaminya.
Aku pun meminta banyak pendapat dari SR lain apa yang harus aku lakukan.. (mba-mba SR, makasi yah atas saran-saran yang diberikan untuk menangani adik lorongku yang satu itu…). Juga tentu saja, aku meminta saran dari Pak Bonny dalam menghadapi permasalahanku.
Aku pun melaksanakan beberapa terapi untuknya. Mendekatkan dia kepada Allah, mengajaknya untuk shalat bareng, membaca Al-Qur’an bersama, dan memberinya beberapa buku bacaan yang menyangkut pribadinya yang Lesbi tersebut. Walau, setelah dia cerita, aku sempat illfeel padanya, tapi itu nggak lama, karena aku sadar, disini aku adalah SR yang seharusnya mengayomi dan mengajaknya kembali ke jalan yang benar.
Sayangnya, sebelum aku memaksimalkan usahaku untuk menyembuhkannya (Jika boleh itu disebut sebagai sebuah penyakit), dipertengahan semester dia keluar dari IPB, karena dia sakit yang membuatnya tidak ingin mekanjutkan kuliahnyalagi di IPB.
Sedih sekali rasanya saat berpisah dengannya. Karena aku merasa, aku belum melakukan apa-apa untuknya. Aku hanya bisa berdoa, semoga disana dia menemukan jalan terbaiknya, dan bisa sembuh dari penyakitnya tersebut.

Kamar 14 A1
Selasa, 22 Juni 2010
Diselesaikan pukul 05:04 waktu di laptopku

Lamaranmu Kutolak!

Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.
Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan.Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.

Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk ‘merebut’ sang perempuan muda, dari sisinya.
“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya. “Iya, Pak,” jawab sang muda. “Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan. “Ya Pak, sangat mengenalnya, ” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.

“Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!” balas sang setengah baya. Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”

“Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan, aku takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” balas sang setengah baya,keras.

Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, “Ayah, dia dulu aktivis lho.” “Kamu dulu aktivis ya?” tanya sang setengah baya. “Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus,” jawab sang muda, percaya diri.

“Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?”
“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat.” “Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?”

Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.” “Kamu lulusan mana?” “Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?” “Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak.”

“Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?” Bisikan itu
datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.” “Jadi kamu sudah bekerja?” “Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu.” “Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku.”

“Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu,kalau kerja saja nggak becus begitu?”
Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya.” “Rencananya maharmu apa?” “Seperangkat alat shalat Pak.” “Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.” “Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku.”
Bisikan, “Dia jago IT lho Pak” “Kamu bisa apa itu, internet?” “Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net.”

“Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata.” “Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu.”

Bisikan, “Tapi Ayah…” “Kamu kesini tadi naik apa?” “Mobil Pak.” “Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.” “Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir”

“Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?” Bisikan, “Ayahh..” “Kamu merasa ganteng ya?” “Nggak Pak. Biasa saja kok”

“Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini.” “Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!”

Sang perempuan kini berkaca-kaca, “Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?” Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.

“Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?” Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba’in yang terpendek pula.”
Sang setengah baya tersenyum, “Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih.” Mata sang muda ikut berkaca-kaca.